Pendahuluan
g yang mukmin.(Hud: 120)
Menegakkan nilai-nilai baru untuk menghancurkan kebiasaan masyarakat yang bobrok, seperti hikmah dari kisah kebiasaan kaum Luth.
(Kami) utus Luth ketika ia berkata kepada kaumnya, Adakah kamu berbuat kejahatan yang belum diperbuat oleh seseorang di antara isi ala mini? Sesungguhnya kamu ingin kepada laki-laki, bukan kepada permpuan, bahkan kamu adalah kaum yang berlebih-lebihan. Sebagai hukuman, maka Allah menghukum mereka dengan hujan batu agar menjadi peringatan bagaimana kaibatnya orang-orang yang berbuat dosa. (al-Araf 80-81)
Mengajarkan nilai kejujuran dalam melakukan kegiatan ekonomi dan hubungan sosial lainnya.
(Kami utus) ke Madyan seorang saudaranya Syuaib. Ia berkata, Hai, kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu tuhan selain daripada-Nya. Sesungguhnya telah datang keterangan kepadamu dari Tuhanmu. Sebab itu sempurnakanlah sukatan dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan hak manusia dan jangan pula berbuat kebinasaan di muka bumi sesuadah baiknya. Demikian itu lebih baik bagimu jika kamu orang beriman
Saya jadi teringat akan pernyataan seorang pengikut islam liberal yang menyatakan bahwa apa yang dikisahkan di dalam Al-Quran hanyalah simbol belaka. Kisah diturunkannya Nabi Adam ke dunia bukanlah kisah nyata. Ia menambahkan bahwa surga yang dimaksud tidak ada. Kisah itu adalah simbol kehidupan manusia yang harus berusaha keluar dari pemikirannya yang picik untuk survive menjalani alam nyata.
Kok, bisa? Batin lan. Apa dia tidak meyakini bahwa isinya adalah kalam Allah? Firman yang tidak ada keraguan di dalamnya? Bagaimana dengan Anda? nah pakah pemikiran seperti ini lebih liberal ketimbang pemkiran, bahwa alqu'an itu adalah produk budaya? Yuk, kita diskusikan bersama!